Bagaimana Saya Dapat Menemukan Tuhan ?
Terus muncul perasaan seperti kita di tinggalkan oleh semua orang, bahkan sempat berpikir kalo kita juga di tinggalkan dan di biarkan menyelesaikan masalah ini sendiri oleh Tuhan.
Di titik ini saya pernah merasakan semuanya hancur, di hari itu juga. Sehingga kita butuh teman bicara, tempat curhat, untuk bisa meluapkan semuanya.
Ketika teman datang dia berkata :
Teman : Sabar aja Suf, semua pasti ada hikmahnya.
Teman ke-2 : Kalo nyelesain masalah jangan gegabah gini, tenangin dulu dirimu
Teman ke-3 : Kosongin kepalamu, terus hadapi masalah ini dengan kepala dingin
Teman : Sabar aja Suf, semua pasti ada hikmahnya.
Teman ke-2 : Kalo nyelesain masalah jangan gegabah gini, tenangin dulu dirimu
Teman ke-3 : Kosongin kepalamu, terus hadapi masalah ini dengan kepala dingin
Apakah ada yang salah dengan jawaban jawaban teman saya di atas ?
Ya benar tidak ada, tapi mereka tidak menyerap semua perkataan saya sedikitpun, mereka tidak ada yang bisa memberi solusi atau jalan keluar untuk masalah saya. Yang mereka katakan hanya sabar, kepala dingin, tenangin diri.
Dari situ saya menyimpulkan kalo teman ada berbagai jenis. Ada yang cuman pengen tau doang permasalahan kita dan menceritakan nya kembali pada orang lain, dan teman yang benar benar bisa memberikan solusi disaat saya dalam keadaan seperti ini. Memang saya tidak tau kalo teman saya juga mempunyai masalah hal serupa atau bahkan lebih berat dari saya, tetapi bukannya sesama teman harus saling tolong menolong ?
Oke, disaat itu saya tidak mendapatkan tempat untuk bisa mencurahkan semua kehancuran yang saya alami ketika itu, bahkan saya ketika mencoba menceritakan pada Tuhan, saya masih merasa kurang, karena solusi yang saya inginkan belum dapat. Setelah itu saya terbiasa menyendiri di kamar dan merenungi semua yang saya rasakan, atau sekali kali bersinggah ke tempat tempat yang view viewnya cukup memadai di saat sendirian.
Apa yang saya lakukan ?
Pada malam hari dengan perasaan malu, saya hanya melakukan satu cara dengan bermeditasi. Ketika saya mencoba kembali memasrahkan semua hal yang sedang terjadi ini, saya curahkan lagi semuanya pada Tuhan, agar saya merasa lega ada yang bisa mendengarkan curahan saya dengan tangis dan amarah.
"Kenapa Tuhan, saya di tinggal sendirian di saat seperti ini ?"
"Kenapa Engkau dengan kasih sayang-Mu yang tidak terbatas, melimpahkan semua masalah ini hanya pada saya ?"
"Tuhan, kenapa semua orang yang saya kenal tidak ada yang mau menasihati saya dan mendengarkan curahan hati saya?"
"Apakah di sekitar saya benar benar tidak ada orang orang yg memiliki sifat belas kasihan seperti Engkau ?"
"Sekarang saya hanya bisa menangisi semua ini, dan hanya bisa mengeluarkan semua ini pada-Mu"
"Kenapa Engkau dengan kasih sayang-Mu yang tidak terbatas, melimpahkan semua masalah ini hanya pada saya ?"
"Tuhan, kenapa semua orang yang saya kenal tidak ada yang mau menasihati saya dan mendengarkan curahan hati saya?"
"Apakah di sekitar saya benar benar tidak ada orang orang yg memiliki sifat belas kasihan seperti Engkau ?"
"Sekarang saya hanya bisa menangisi semua ini, dan hanya bisa mengeluarkan semua ini pada-Mu"
Dan pada malam itu juga, hati saya benar benar lega, karena saya sudah mengeluarkan semua curahan hati yang selama ini sering membayang bayangi kehidupan saya di setiap harinya.
Saya mengadu pada Tuhan ketika susah dan di landa masalah seperti ini. Dia tidak akan pernah peduli kenapa setiap saya senang saya tidak menghampirinya dan melupakannya ? Malah ketika saya sedang hancur seperti ini, saya malah mengadu pada-Nya. Saya malu dan disaat itu saya benar benar terpukul, karena saya sudah berburuk sangka pada-Nya.
Dia tidak akan mempermasalahkan hal seperti itu, Dia ada dan akan selalu ada ketika kita membutuhkannya.
Luar biasa��
BalasHapus